Segala
puji beruntaikan pengagungan dan kecintaan untuk Allah semata,shalawat
dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah,keluarga,sahabat dan
pengikut mereka dengan baik hingga datangnya hari pembalasan,amma ba’du:
Insya
Allah dalam risalah singkat ini, penulis akan uraikan secara ringkat
tentang fiqih hiasan yang sudah sangat akrab dan dikenal oleh kaum
wanita, yaitu celak…
1.Jenis Celak Terbaik
Jenis-jenis
celak bermacam-macam,namun yang terbaik adalah itsmid.Yaitu celak yang
berasal dari batu celak berwarna hitam cenderung kemerahan.
Berkata Murtadha az Zabidiy: ” Itsmid adalah batu celak berwarna hitam kemerahan, berasal dari Ashbahan dan juga ada di Moroko namun lebih keras .Ia merupakan jenis celak terbaik” (Taajul Arus:4/468).
Rasulullah bersabda:
إِنَّ خَيْرَ أَكْحَالِكُمُ الْإِثْمِدُ يَجْلُو الْبَصَرَ وَيُنْبِتُ الشَّعْرَ
”
Sebaik-baik celak kalian adalah itsmid.Ia menerangkan pandangan dan
menumbuhkan bulu mata” H.R.Abu Dawud:3878,An Nasa’iy:5113,Ibnu
Majah:3497 dan dishahihkan oleh Syaikh al Baniy dalam shahih sunan Abu
Dawud
Dalam riwayat lain Rasulullah memerintahkan agar bercelak dengan menggunakan celak itsmid:
اكْتَحِلُوا بِالإِثْمِدِ فَإِنَّهُ يَجْلُو البَصَرَ ، وَيُنْبِتُ الشَّعْرَ
“
Bercelaklah dengan Itsmid sebab ia sebaik-baik celak kalian.Ia
menerangkan pandangan dan menumbukkan bulu mata”.H.R.At Tirmidziy:1757
dan dishahihkan oleh syaikh al Baniy dalam shahih sunan at Tirmidziy.
Dan dalam riwayat lain Rasulullah bersabda:
عَلَيْكُم بِالإِثْمِد فَإِنَّهُ مَنْبَتَةٌ للشَّعْرِ ، مَذْهَبَةٌ للقَذَى ، مَصْفَاةٌ لِلْبَصَرِ
“
Pakailah celak itsmid karena ia menumbuhkan bulu mata ,menghilangkan
kotoran mata,menjernihkan pandangan”.H.R.Ath Thabraniy dalam Mu’jam al
Kabir:183 dan dihasankan oleh al Mundziri, al Iraqiy dan Ibnu Hajar .
2.Disunnahkan Bercelak Tiga Kali Olesan
Disunnahkan apabila memakai celak dengan bercelak sebanyak tiga kali olesan karena inilah yang dilakukan oleh Nabi.
Berkata Anas bin Malik: “Sesugguhnya Nabi bercelak sebanyak tiga kali olesan pada matanya sebelah kanan dan
dua kali pada mata sebelah kirinya”.H.R Abu Dawud:3837 dan dishahihkan
oleh syaikh Muhammad Nashiruddin dalam silsilah ahadits shahihah,no:633.
Berkata Ibnu Qudamah: “Disunnahkan untuk bercelak sebanyak tiga kali” (Al Mughniy:1/106)
Berkata
Imam an Nawawiy: “Yang benar menurut para ulama’ ahli tahqiq adalah
(memakai celak dengan ) hitungan ganjil di setiap mata” (Majmu’ syarh
muhadzab:1/334)
3.Waktu Terbaik Untuk Bercelak
Seorang
wanita ketika di hadapan suaminya atau mahramnya atau di rumahnya
diperbolehkan untuk bercelak kapanpun juga ia menginginkannya,namun yang
terbaik adalah ketika menjelang tidur.
Jabir bin Abdillah berkata, Rasulullah bersabda:
عليكم بالإثمد عند النوم ، فإنه يجلو البصر ، ويُنبت الشّعر
“Pakailah
celak itsmid ketika akan tidur,sebab ia menerangkan pandangan dan
menumbuhkan bulu mata”.H.R.Ibnu Majah,ath Thabraniy dan dishahihkan
syaikh Muhammad Nashiruddin al AlBaniy dalam shahihul jami:’ 4045
Berkata Ibnu Qayim:
“Celak
dapat menjaga kesehatan mata,memperkuat cahaya mata,membersihkan
unsur-unsur yang jelek dan mengeluarkannya dan di antara jenis dan
macam-macamnya berfungsi sebagai hiasan dan ketika tidur memiliki
kelebihan keutamaan karena mencakup atas celak dan gerakan yang tidak
membahayakan”.(Zaadul Ma’ad:4/281)
4.Hukum Memakai Celak Bagi Kaum Wanita Ketika Di Rumah
Celak merupakan hiasan mata yang sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan mata.
Berkata Ibnu Qayim:
“Celak
dapat menjaga kesehatan mata,memperkuat cahaya mata,membersihkan
unsur-unsur yang jelek dan mengeluarkannya dan di antara jenis dan
macam-macamnya berfungsi sebagai hiasan “.(Zaadul Ma’ad:4/281)
Adapun tentang hukum memakainya, syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin mengatakan:
Bercelak ada dua macam:
a.Untuk memperkuat mata,menjernihkan selaput mata dan membersihkan
dengan tanpa ada maksud berhias.Maka ini tidaklah mengapa bahkan
sebaiknya dilakukan,terlebih lagi jika menggunakan celak itsmid karena
Nabi bercelak di kedua belah mata Beliau.
b.Untuk
hiasan dan mempercantik diri, maka bagi kaum wanita dianjurkan karena
kaum wanita dianjurkan untuk berhias untuk suaminya.Adapun bagi kaum
lelaki maka perlu adanya pertimbangan dan saya belum dapat memberikan
hukum secara pasti.Bisa jadi dibedakan antara pemuda yang apabila
bercelak maka ditakutkan akan menyebabkan fitnah sehingga diharamkan dan
antara orang tua yang tidaklah ditakutkan timbulnya fitnah karenanya
sehingga tidak diharamkan”.(Majmu’ Fatawa syaikh Muhammad bin Shalih
Utsaimin:11/73).
5.Hukum Memakai Celak Bagi Kaum Wanita Ketika Keluar Rumah
Seorang
wanita ketika keluar dari rumahnya diwajibkan untuk menutupi
perhiasannya dari lelaki asing (bukan mahramnya) berdasarkan firman
Allah ta’ala:
وَلا
يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ
آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ
أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ
أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ
غَيْرِ أُولِي الإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ
يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ
Dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita…” (An-Nur:31)
Perhiasan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah celak,make up, permata dan lain-lainnya.
Disebutkan
dalam Fatwa Lajnah Daimah: “ menggunakan celak adalah disyari’atkan
tetapi tidaklah diperkenankan menampakkan perhiasannya baik celak dan
lainnya kepada selain suaminya atau mahramnya berdasarkan firman
Allah(yang artinya):
Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita
..An-Nur:31 (17/128).
Berkata
Ibnu Baz rahimahullahu dalam Majmu’ al-Fatawa (10/58), “Boleh bagi
wanita memperindah matanya dengan celak di hadapan sesama wanita, di
hadapan suami, dan di hadapan mahram. Adapun di hadapan ajnabi (lelaki
selain mahram), tidak boleh baginya membuka wajahnya dan kedua matanya
yang bercelak. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman(yang artinya):
“Apabila
kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi),
mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi
hati kalian dan hati mereka.” (al-Ahzab: 53)Namun apabila memakai penutup wajah sehingga tidak nampak wajahnya sama sekali, maka diperbolehkan memakai celak ketika keluar rumah, karena makna menampakkan perhiasan telah hilang.
6.Bercelak Ketika Wanita Di Masa Berkabung
Bagi wanita yang ditinggal mati suaminya, maka ia wajib menjalani masa ihdaad
(berkabung), di mana ketika itu ia tidak boleh berhias diri (termasuk
memakai celak) dan tidak boleh memakai harum-haruman Mengenai masa
ihdaad disebutkan dalam hadits,
لاَ
يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ تُحِدَّ
عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ ، إِلاَّ عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ
أَشْهُرٍ وَعَشْرًا
“Tidak
dihalalkan bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir
untuk berkabung (menjalani masa ihdaad) atas kematian seseorang lebih
dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya, yaitu (selama) empat
bulan sepuluh hari.” (HR. Bukhari no. 5334 dan Muslim no. 1491).Ummu Athiyah radhiyallahu ‘anha berkata,
كُنَّا
نُنْهَى أَنْ نُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ
أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا وَلَا نَكْتَحِلَ وَلَا نَتَطَيَّبَ وَلَا
نَلْبَسَ ثَوْبًا مَصْبُوغًا إِلَّا ثَوْبَ عَصْبٍ وَقَدْ رُخِّصَ لَنَا
عِنْدَ الطُّهْرِ إِذَا اغْتَسَلَتْ إِحْدَانَا مِنْ مَحِيضِهَا فِي
نُبْذَةٍ مِنْ كُسْتِ أَظْفَارٍ وَكُنَّا نُنْهَى عَنْ اتِّبَاعِ
الْجَنَائِزِ
“Kami
dilarang ihdaad (berkabung) atas kematian seseorang di atas tiga hari
kecuali atas kematian suami, yaitu selama empat bulan sepuluh hari.
Selama masa itu kami tidak boleh bercelak, tidak boleh memakai
wewangian, tidak boleh memakai pakaian yang berwarna kecuali pakaian
ashab. Dan kami diberi keringanan bila hendak mandi seusai haid untuk
menggunakan sebatang kayu wangi. Dan kami juga dilarang mengantar
jenazah.” (HR. Bukhari no. 302 dan Muslim no. 2739). Pakaian ashab adalah: Jenis pakaian dari Yaman yang dicelup dengan cara benangnya diikat lalu dicelup dan setelah itu dilepas sehingga benang yang diikat masih tetap tampak putih tidak terkena celupan sehingga tampak sebagai hiasan (berwarna putih bergaris hitam ).
Dikutip dari tulisan: Ustad Abu Hashifah al Anwar
No comments:
Post a Comment